Kalteng Tingkatkan Akses dan Mutu Sekolah Inklusif Melalui Kolaborasi

banner 468x60

PALANGKARAYA – Guna menjawab tantangan dunia pendidikan yang semakin kompleks, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah bersama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI menjalin sinergi dalam mewujudkan pendidikan inklusif dan digitalisasi sekolah. Kolaborasi ini mengemuka dalam acara Gebyar Pendidikan Unggul Muhammadiyah di Kampus 3 UMPR, Jumat (9/5/2025).

Menteri Abdul Muti menggarisbawahi pentingnya pembangunan Sekolah Khusus Percontohan di Kalteng. Ia menyebut langkah tersebut sebagai bentuk tanggung jawab moral dan sosial dalam memberikan layanan pendidikan setara bagi anak-anak berkebutuhan khusus di seluruh pelosok negeri.

“Secara akademik, kami masih menghadapi kekurangan tenaga pendidik yang kompeten untuk anak berkebutuhan khusus. Saat ini, kurang dari 10 perguruan tinggi yang memiliki program studi pendidikan luar biasa. Padahal, kebutuhan di lapangan jauh lebih besar dari ketersediaan yang ada,” ujar Abdul Muti.

Bacaan Lainnya

Terkait pendistribusian guru, ia menyampaikan bahwa regulasi sudah memungkinkan pemerintah menugaskan atau memindahkan guru sesuai kebutuhan daerah, termasuk ke kawasan terpencil dan terluar.

“Sudah ada Peraturan Menteri yang mengatur tentang penugasan dan mutasi tersebut,” katanya.

Ia juga menjelaskan bahwa kepala sekolah tak harus berasal dari guru penggerak. Asalkan memenuhi kriteria dan lulus seleksi, semua guru berhak menjadi pemimpin di sekolah masing-masing.

“Semua guru yang memenuhi persyaratan boleh menjadi kepala sekolah, asalkan lulus seleksi yang ditetapkan,” jelasnya.

Gubernur H. Agustiar Sabran menjabarkan dukungan terhadap digitalisasi pendidikan yang telah berjalan sejak tahun 2024, dengan penyaluran perangkat interaktif ke berbagai sekolah di bawah kewenangan Pemprov. Langkah ini akan terus berlanjut pada 2025, dengan tambahan ribuan unit TV Canggih, panel surya, dan Starlink.

Agustiar juga menyinggung pentingnya revitalisasi sekolah serta pembangunan Unit Sekolah Baru demi meningkatkan angka partisipasi pendidikan di wilayah Kalimantan Tengah, termasuk bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang masih sulit mengakses pendidikan berkualitas.

“Mengingat masih ditemukan anak-anak berkebutuhan khusus di pelosok, maka diperlukan sekolah asrama untuk memudahkan penanganan,” tandas Agustiar. (Red/Adv)

+ posts

Pos terkait