Benang Harapan dari Rotan Katingan: Ketika Anyaman Perempuan Desa Menjadi Kekuatan Ekonomi Dunia

banner 468x60

KASONGAN – Di sebuah rumah panggung di pinggir Sungai Katingan, tangan-tangan perempuan tampak sibuk menenun rotan.

Bacaan Lainnya

Setiap helai yang dililit dan disatukan bukan sekadar bahan baku, tetapi simbol ketekunan dan harapan. Dari sinilah, perjalanan baru rotan Katingan menuju pasar global bermula.

Pada Rabu (8/10/2025) menjadi hari bersejarah bagi Kabupaten Katingan. Pemerintah daerah bekerja sama dengan PT Harmoni Usaha Indonesia (HUI) dan Kedutaan Besar Kanada meluncurkan produk rotan berorientasi ekspor di Komplek UPT Rotan dan Kayu Hampangen.

Bukan sekadar peluncuran dagang, melainkan pernyataan bahwa ekonomi desa bisa bangkit melalui tangan-tangan perempuan yang selama ini nyaris tak terdengar.

Selama bertahun-tahun, ribuan perempuan di Katingan menggantungkan hidup dari kerajinan rotan. Sebagian besar bekerja dari rumah, menjual hasilnya ke pengepul dengan harga rendah, tanpa tahu nilai sebenarnya di pasar luar negeri.

Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan mencatat, sekitar 70 persen pelaku industri rotan di Katingan adalah perempuan ibu rumah tangga, janda, dan remaja putus sekolah yang menjadikan rotan sebagai tumpuan hidup.

Kini keadaan mulai berubah. Melalui kemitraan yang didukung Kedutaan Besar Kanada, mereka mendapat pelatihan keterampilan baru, teknik anyaman modern, literasi digital, hingga manajemen usaha kecil.

Mereka juga belajar tentang prinsip keberlanjutan bagaimana menjaga kualitas rotan tanpa merusak hutan.

“Dulu kami hanya tahu membuat, sekarang kami tahu menjual,” kata Vina (42), perajin dari Kasongan Lama sambil tersenyum.

Ia kini menjadi koordinator kelompok perajin, membantu rekan-rekannya memahami standar produk ekspor dan memasarkan hasil karya mereka secara daring.

Bupati Katingan, Saiful, menegaskan bahwa tujuan utama program ini bukan sekadar menambah nilai ekspor, melainkan meningkatkan kesejahteraan keluarga perajin.

“Kalau anak-anak mereka bisa sekolah tinggi, rumahnya layak, dan mereka punya tabungan, itulah ukuran keberhasilan kita,” ujarnya.

Pemerintah daerah juga menyiapkan fasilitas pengolahan rotan ramah lingkungan dan mendorong budi daya rotan lestari di 62 desa potensial. Program ini melibatkan kelompok tani dan perempuan pengelola kebun rotan untuk menjaga pasokan bahan baku berkelanjutan.

Dari pihak Kedutaan Besar Kanada, dukungan tidak berhenti pada pendanaan. Mereka turut memberikan bimbingan teknis terkait ekonomi sirkular, perdagangan beretika, serta proses sertifikasi produk agar rotan Katingan dapat diterima di pasar Eropa dan Amerika Utara.

Kini, perempuan-perempuan Katingan bukan lagi sekadar pengrajin, tetapi juga pelaku bisnis dan duta produk lokal. Mereka tampil di pameran virtual, bernegosiasi dengan pembeli luar negeri, dan ikut menentukan arah pengembangan produk.

Katingan telah memberi contoh bahwa pembangunan ekonomi bisa selaras dengan pelestarian lingkungan dan keadilan sosial. Bahwa tangan perempuan desa mampu menenun perubahan nyata dari rotan, lahir kekuatan baru yang menyatukan keberlanjutan, kemandirian, dan harapan.

Dan di setiap kursi rotan yang tiba di pasar Toronto atau Amsterdam, tersimpan cerita sederhana tentang seorang ibu di Katingan yang kini bisa tersenyum lega karena anaknya kembali duduk di bangku sekolah. (red/adv)

+ posts

Pos terkait