Kalimantan Sebagai Laboratorium Hidup Perdagangan Karbon

FOTO Ist.: Narasumber Adarsh Srinivasan dan Hendrik Segah saat sesi diskusi bersama mahasiswa.
banner 468x60

PALANGKARAYA – Seminar bertajuk “Forest Are The New Oil: Leveraging Carbon Trading For Sustainable Development and Community Empowerment in Kalimantan” sukses digelar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Palangka Raya (FISIP UPR), Rabu (04/06/2025), di lantai 7 Gedung PPIIG.

Bekerja sama dengan AMINEF, Fulbright Indonesia, dan CIMTROP UPR, kegiatan ini menyuguhkan topik hangat tentang perdagangan karbon sebagai peluang baru dalam pembangunan ekonomi hijau di Kalimantan, khususnya dalam penguatan peran masyarakat lokal.

Mahasiswa menjadi peserta utama dalam kegiatan ini dan mendapatkan pemaparan langsung dari dua narasumber yakni Adarsh Srinivasan, BA, peneliti Fulbright, dan Hendrik Segah, S.Hut., M.Si., Ph.D., IPU, Direktur PPIIG UPR, yang memberikan wawasan akademik dan praktis.

Bacaan Lainnya

Wakil Rektor Bidang Akademik, Dr. Natalina Asi, MA, mewakili Rektor UPR dalam membuka acara tersebut. Ia menyampaikan bahwa pendidikan berbasis lingkungan harus menjadi kekuatan utama perguruan tinggi di Kalimantan Tengah.

“Pengetahuan terhadap lingkungan sangat penting untuk kita selaku akademisi, terutama dalam implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian yang berdampingan kepada masyarakat luas,” ujarnya.

Wakil Dekan FISIP, Dr. Anyualatha Haridison, M.Si., mengungkapkan bahwa sinergi dengan lembaga internasional menjadi fondasi penting dalam memperluas cakrawala berpikir mahasiswa di era globalisasi.

“Seminar ini menjadi momentum penting dalam membekali mahasiswa dengan pemahaman yang luas tentang isu-isu strategis, terutama yang berkaitan dengan perubahan iklim, keberlanjutan, serta peran Kalimantan sebagai pusat konservasi dunia,” ujarnya.

Anyualatha menekankan bahwa mahasiswa perlu didorong untuk berpikir kritis dan kontekstual dalam melihat peran hutan sebagai sumber daya yang harus dijaga, bukan hanya dari aspek lingkungan tetapi juga sebagai bagian dari keadilan sosial.

“Melalui kegiatan seperti ini, kita berharap akan muncul generasi muda yang tidak hanya sadar lingkungan, tetapi juga mampu menjadi agen perubahan dalam tata kelola hutan dan sumber daya alam secara adil dan lestari,” tandas Anyualatha. (Red/Adv)

+ posts

Pos terkait