MUARA TEWEH – Festival Tandak Intan Kaharingan (FTIK) ke-XII Tingkat Provinsi Kalimantan Tengah resmi dibuka oleh Asisten II Setda Provinsi Kalteng, Herson B. Aden, mewakili Gubernur Kalteng di Arena Terbuka Tiara Batara Muara Teweh. Pembukaan berlangsung semarak dengan partisipasi ratusan peserta dari 14 kabupaten/kota se-Kalteng, baru-baru ini.
Dalam sambutannya, Herson menyampaikan apresiasi terhadap keberlangsungan FTIK sebagai kegiatan budaya yang memiliki peran penting bagi keberlanjutan seni tradisi Kaharingan. Ia menegaskan bahwa festival ini bukan hanya ajang unjuk kebolehan, tetapi ruang pembentukan karakter generasi Kaharingan.
Ia menilai bahwa FTIK mampu memberi ruang bagi generasi Hindu Kaharingan untuk memperdalam tradisi, menguatkan nilai budaya, serta membangun kecintaan terhadap identitas adat yang telah diwariskan sejak era leluhur.
“Melalui kegiatan ini, kita juga mempererat persaudaraan sebagai modal menuju Indonesia Emas 2045,” ujar Herson, Senin (24/11/2025).
Bupati Barito Utara, Shalahuddin, dalam laporannya menyebut kegiatan FTIK XII sebagai momentum penting untuk memperkuat pelestarian budaya dan nilai luhur masyarakat Dayak Kaharingan. Ia menegaskan bahwa festival tersebut mencerminkan komitmen bersama seluruh pihak dalam menjaga identitas budaya.
Ia juga mengingatkan bahwa FTIK tidak boleh dipandang semata sebagai perlombaan, melainkan wahana kolektif untuk mempertahankan keberlanjutan seni budaya Kaharingan yang menjadi kekuatan dan kebanggaan daerah.
“Melalui kegiatan ini kita ingin memastikan nilai-nilai filosofi Kaharingan tetap hidup, relevan, dan dipahami oleh generasi muda,” ujar Shalahuddin.
FTIK XII tahun 2025 dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kalteng Nomor 188.44/454/2025 dan hasil rapat lembaga pengembang Tandak Intan Kaharingan. Festival berlangsung pada 23–26 November 2025 di berbagai lokasi di Muara Teweh, termasuk Arena Tiara Batara, Balai Antang, dan Aula Bapperida.
Sebanyak 14 kabupaten/kota mengirim kontingen, dengan peserta dan pendamping lebih dari 1.000 orang. Mereka akan bertanding pada 11 cabang lomba, seperti Kandayu, Matir Basarah, Vokal Grup, Karungut, pembacaan Kitab Suci Panaturan, serta berbagai tarian Kaharingan bernilai filosofis.
Pelaksanaan lomba dinilai oleh 28 dewan juri yang telah menyatakan komitmen netralitas dan profesionalitas. Mereka berasal dari latar belakang akademisi serta tokoh Kaharingan yang telah lama berkecimpung dalam pengembangan seni budaya.
Selain sebagai ruang kompetisi, FTIK juga diharapkan memberikan dampak positif terhadap perekonomian daerah. Kehadiran ratusan peserta dan pengunjung dinilai mampu meningkatkan aktivitas masyarakat lokal, termasuk pelaku UMKM dan sektor perhotelan.
Ketua LPT-IK Pusat, Parada LKDR, menegaskan bahwa FTIK merupakan gerakan budaya yang berakar dari nilai spiritual Kaharingan. Ia menyampaikan pentingnya ajaran dalam Kitab Penuntun sebagai fondasi yang harus terus diwariskan kepada generasi berikutnya.
“Tandak Intan Kaharingan mengandung nilai-nilai luhur dalam Kitab Penuntun yang harus terus kita ajarkan dan lestarikan. Dengan tema Kolaborasi Harmoni Mewujudkan Kalteng Berkah dan Bermartabat, kita meneguhkan kearifan lokal sekaligus mempererat kanyang hantei atau persaudaraan dalam kehidupan bermasyarakat,” kata Parada.
Acara pembukaan dimeriahkan dengan tradisi menyumpit (manyipet), penyerahan piala bergilir Gubernur Kalteng, penampilan tari Kaharingan, serta Manasai bersama yang menggambarkan kehangatan budaya.
“Kegiatan budaya ini menjadi jalan penting untuk merawat persaudaraan dan menguatkan identitas masyarakat Kaharingan secara menyeluruh,” tandas Parada. (Red/Adv)













