Inflasi Kalimantan Tengah Capai 2,73 Persen, Emas Perhiasan Jadi Pemicu Utama

FOTO Ist.: Kepala BPS Provinsi Kalimantan Tengah, Agnes Widiastuti
banner 468x60

PALANGKARAYA – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah mencatat inflasi tahun ke tahun (year-on-year) mencapai 2,73 persen pada Oktober 2025. Salah satu penyebab utamanya adalah kenaikan harga emas perhiasan, diikuti komoditas daging ayam ras dan Sigaret Kretek Mesin (SKM).

Bacaan Lainnya

Kepala BPS Provinsi Kalimantan Tengah, Agnes Widiastuti, menjelaskan bahwa emas perhiasan menjadi penyumbang terbesar inflasi dengan andil 0,58 persen, sementara daging ayam ras berkontribusi 0,20 persen dan SKM 0,17 persen.

“Komoditas tersebut memberi sumbangan terbesar terhadap kenaikan indeks harga konsumen (IHK) Kalimantan Tengah yang pada Oktober 2025 mencapai 108,64,” ujar Agnes, Senin (3/11/2025).

Agnes menyebut, selain tiga komoditas utama tersebut, sejumlah bahan pokok juga memberikan andil terhadap inflasi.

“Bawang merah memberikan andil 0,14 persen terhadap inflasi tahunan, sedangkan beras 0,10 persen. Komoditas seperti kopi bubuk dan minyak goreng turut menambah tekanan inflasi,” paparnya.

Menurutnya, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami peningkatan harga tertinggi, yakni 11,46 persen, akibat lonjakan harga emas perhiasan.

“Kelompok ini menyumbang 0,66 persen terhadap inflasi umum, sekaligus menunjukkan adanya dorongan kuat dari sektor non-pangan,” ucapnya.

Namun, ia menambahkan, tidak semua komoditas mengalami kenaikan. “Beberapa justru memberikan efek deflasi, seperti ikan nila, angkutan udara, dan bawang putih. Ikan nila menjadi penyumbang deflasi terbesar dengan andil minus 0,17 persen,” imbuhnya.

Agnes menilai pentingnya peran pemerintah daerah dalam mengendalikan harga menjelang akhir tahun.

“Langkah pengawasan dan kerja sama dengan pelaku pasar sangat dibutuhkan agar kestabilan harga terjaga dan inflasi tetap dalam batas wajar,” tandas Agnes. (Red/Adv)

+ posts

Pos terkait