PALANGKARAYA – Pemerintah Kota Palangka Raya melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) menggelar aksi simpatik bertajuk “Bakul Cantik Tanpa Plastik” (Batik) dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025. Sebanyak 500 bakul purun dibagikan kepada para pembeli di Pasar Kahayan dan Pasar Besar, Rabu (26/2/2025) kemarin.
Aksi ini menjadi bentuk nyata dari kampanye pengurangan sampah plastik di masyarakat. Dengan mengusung tema nasional “Kolaborasi Untuk Indonesia Bersih”, DLH berupaya menggugah kesadaran masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan, dimulai dari kebiasaan kecil saat berbelanja.
Plt Kepala DLH Kota Palangka Raya, Yuseran menjelaskan bahwa kegiatan ini bukan hanya sekadar peringatan seremonial, melainkan bagian dari gerakan edukatif yang sejalan dengan kebijakan daerah. Melalui bakul purun yang dibagikan, masyarakat diajak beralih ke alternatif kantong belanja yang ramah lingkungan.
“Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya sosialisasi dan edukasi terkait pengurangan penggunaan kantong plastik sekali pakai. Ini juga sejalan dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2022 yang mengatur tentang pengelolaan sampah,” ujar Yuseran.
Ia menambahkan bahwa purun, sebagai bahan baku utama bakul tersebut, merupakan tanaman lokal yang ramah lingkungan dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Keberadaan tanaman ini juga memperkuat identitas kearifan lokal dalam solusi pengelolaan sampah.
Lebih lanjut, Yuseran menuturkan bahwa antusiasme masyarakat sangat tinggi terhadap pembagian bakul purun. Banyak pembeli mengaku senang menerima bakul tersebut karena dinilai lebih kuat, tahan lama, dan dapat digunakan berulang kali dibandingkan kantong plastik sekali pakai.
“Kami berharap masyarakat mulai terbiasa menggunakan bakul purun sebagai pengganti kantong plastik sekali pakai. Selain bisa digunakan berulang kali, penggunaan bakul purun juga membantu mengurangi pencemaran lingkungan,” tambahnya.
DLH menilai bahwa pelibatan masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan harus dilakukan secara terus-menerus. Melalui program seperti Batik, pihaknya ingin menanamkan budaya hidup bersih yang dimulai dari lingkungan pasar sebagai pusat aktivitas warga.
“Seperti kita ketahui, plastik butuh ratusan tahun untuk terurai, dan residunya bisa mencemari tanah serta air,” tandas Yuseran. (Red/Adv)